Assalamu'alaikum ....
Ya Akhinal Karim, ketika rasa suci itu tiba-tiba tumbuh dalam hati kita, dengan rasa yakin Identitas cinta itu masih fitrah dari Ilahnya. Tapi permasalahannya sekarang gimana kita mengelola cinta selanjutnya yang sudah tumbuh subur dihati kita? Nah kalau kita mampu mengarahkan emosi cinta sesuai dengan syariat Islam maka kita telah memposisikan cinta pada hal yang halal seperti yang digariskan dalam Islam tentang bagaimana kita menyalurkan emosi cinta itu dengan fasilitas khidbah yang akur disebut “Pertunangan dan Pernikahan”. Tapi justru jika kita mengekspresikan cinta dengan aktivitas pacaran maka kita telah mempersepsikan cinta yang fitrah dengan level “Cinta Terlarang”, jika kita terpanggil untuk khidbah oleh Allah maka aku ingin rasa ini tetap fitrah dan terjaga tanpa noda. Insya Allah sampai mati terpejam! Berikhtiyar untuk jadi lebih baik agar hidup bisa mencapai sakinah, mawaddah warohmah. Amiiin…..! maka hati ini kan tergerak tanpa rasa ragu! Tapi jika belum siap untuk itu maka jangan sekali-kali kita bersyahadah atas nama cinta, kalau untuk masalah ketemu andai kamu ada diposisiku seorang gadis yang mendapatkan kepercayaan penuh dari orang tuanya karena dalam keluarganya gadis adalah mahar suci, lalu dia pergi tanpa seizin orangtuanya hanya untuk ketemu dengan orang yang bukan muhrimnya lalu bagaimana nasib rumah tangganya kelak yang dibangun dengan pondasi dosa? Akhirnya aku bukan orang yang terlalu suci untuk menyampaikan semuanya, ini bukan penolakan tapi pelurusan dari pandangan kita yang berbeda. Semoga ini bisa jadi jawaban dari kegundahan kita”.
Wassalam......
Ya Akhinal Karim, ketika rasa suci itu tiba-tiba tumbuh dalam hati kita, dengan rasa yakin Identitas cinta itu masih fitrah dari Ilahnya. Tapi permasalahannya sekarang gimana kita mengelola cinta selanjutnya yang sudah tumbuh subur dihati kita? Nah kalau kita mampu mengarahkan emosi cinta sesuai dengan syariat Islam maka kita telah memposisikan cinta pada hal yang halal seperti yang digariskan dalam Islam tentang bagaimana kita menyalurkan emosi cinta itu dengan fasilitas khidbah yang akur disebut “Pertunangan dan Pernikahan”. Tapi justru jika kita mengekspresikan cinta dengan aktivitas pacaran maka kita telah mempersepsikan cinta yang fitrah dengan level “Cinta Terlarang”, jika kita terpanggil untuk khidbah oleh Allah maka aku ingin rasa ini tetap fitrah dan terjaga tanpa noda. Insya Allah sampai mati terpejam! Berikhtiyar untuk jadi lebih baik agar hidup bisa mencapai sakinah, mawaddah warohmah. Amiiin…..! maka hati ini kan tergerak tanpa rasa ragu! Tapi jika belum siap untuk itu maka jangan sekali-kali kita bersyahadah atas nama cinta, kalau untuk masalah ketemu andai kamu ada diposisiku seorang gadis yang mendapatkan kepercayaan penuh dari orang tuanya karena dalam keluarganya gadis adalah mahar suci, lalu dia pergi tanpa seizin orangtuanya hanya untuk ketemu dengan orang yang bukan muhrimnya lalu bagaimana nasib rumah tangganya kelak yang dibangun dengan pondasi dosa? Akhirnya aku bukan orang yang terlalu suci untuk menyampaikan semuanya, ini bukan penolakan tapi pelurusan dari pandangan kita yang berbeda. Semoga ini bisa jadi jawaban dari kegundahan kita”.
Wassalam......
ngomong opo ae bro....
BalasHapus